
Dari lorong waktu abad ke-17, muncullah sosok yang menggetarkan bumi dan langit: Syeikh Haji Abdul Muhyi. Lahir tahun 1650 M di Mataram, ia bukan sekadar ulama—ia adalah pewaris darah bangsawan Galuh Pajajaran dan pemegang obor tarekat Syattariyah yang menyinari selatan Jawa Barat dengan cahaya Islam dan spiritualitas tinggi2.
🌟 Jejak Langkah Sang Wali: Dari Aceh ke Mekah, Lalu Menaklukkan Pamijahan
Di usia 19 tahun, ia menembus batas Nusantara, berguru kepada Syeikh Abdur Rauf Singkel di Aceh, menyerap ajaran martabat alam tujuh yang menolak penyatuan mutlak antara Tuhan dan makhluk. Enam tahun di Aceh, lalu ke Baghdad dan Mekah, ia pulang sebagai mursyid yang telah menyatu dengan ilmu dan hikmah.
Setelah menikah, ia mengembara ke Darma, Kuningan, lalu ke Pameungpeuk, Garut, mengislamkan masyarakat Hindu dengan kekuatan dakwah dan kekeramatannya. Di Lebaksiuh, ia mendirikan masjid dan membentuk kader dakwah, lalu memilih bermukim di gua misterius: Gua Safar Wadi, Pamijahan.
⚔️ Pertarungan Mistis: Menumpas Aji-Aji Hitam Batara Karang
Pamijahan bukan sekadar tempat singgah. Di sana, ia ditantang oleh kekuatan gelap Batara Karang. Dalam pertarungan spiritual yang melegenda, Syeikh Abdul Muhyi menaklukkan gua pertapaan aliran hitam dan menjadikannya pusat dakwah dan semadi tarekat Syattariyah. Gua itu kini menjadi magnet ziarah, tempat orang mencari berkah dan ketenangan2.
🏰 Guru Para Sultan, Pewaris Wali Songo
Ilmunya menggema hingga ke istana Mataram. Sultan Paku Buwono II mengundangnya menjadi guru para pangeran dan menjanjikan Pamijahan sebagai daerah perdikan. Meski tak sempat memenuhi undangan, warisannya tetap hidup. Pamijahan diakui sebagai daerah pasidkah oleh Belanda, bebas dari pajak dan zakat, dikelola oleh keturunannya hingga kini.
📜 Warisan Ilmu: Martabat Kang Pitutu dan Konsep Insan Kamil
Karya tulisnya memang tak ditemukan, tetapi ajarannya hidup dalam naskah Martabat Kang Pitutu yang ditulis oleh putranya, Syeikh Haji Muhyiddin. Ajaran martabat alam tujuh menjelaskan tujuh tingkatan wujud, dari Ahadiyyah (hakikat Allah) hingga alam insan (hakikat manusia), sebagai jalan menuju insan kamil—manusia sempurna yang mencerminkan sifat Ilahi2.
🌍 Pamijahan: Pusat Spiritualitas dan Dakwah Abadi
Masjid Agung Pamijahan, kampung Safar Wadi, dan makam sang wali menjadi pusat spiritual yang tak pernah sepi. Desa Pamijahan dipimpin oleh khalifah turun-temurun, penjaga makam dan penerus tradisi. Nama Syeikh Abdul Muhyi terus berkibar, menembus zaman, menyalakan semangat dakwah dan kesucian jiwa.
✨ Syeikh Haji Abdul Muhyi bukan hanya tokoh sejarah—ia adalah legenda hidup yang membentuk wajah spiritual Jawa Barat. Dari gua sunyi hingga istana megah, dari medan dakwah hingga pertarungan mistis, ia adalah sang penakluk kegelapan dan pembawa cahaya keabadian.
🧕 Tokoh Utama
- Syeikh Haji Abdul Muhyi Ulama tarekat Syattariyah, penyebar Islam di Jawa Barat bagian selatan, tokoh sentral dalam artikel.
👨👦 Keluarga dan Murid
- Sembah Lebe Warta Kusumah Ayah Abdul Muhyi, keturunan bangsawan Galuh (Pajajaran).
- Syeikh Haji Muhyiddin Putra sulung Abdul Muhyi, penerus ajaran tarekat Syattariyah, penulis naskah Martabat Kang Pitutu.
🧙♂️ Guru dan Tokoh Sufi
- Syeikh Abdur Rauf Singkel Guru tarekat Syattariyah di Aceh, tokoh penting dalam pengembangan ajaran martabat alam tujuh.
🏰 Tokoh Kerajaan dan Kesultanan
- Sultan Paku Buwono II Sultan Mataram yang mengundang Abdul Muhyi ke istana dan menjanjikan Pamijahan sebagai daerah perdikan.
- R. Subamanggala (Bupati Wiradadaha IV) Keluarga bupati Sukapura yang belajar agama dari Abdul Muhyi.
- Syeikh Maulana Mansur Putra Sultan Abdul Fattah Tirtayasa dari Kesultanan Banten, berdialog dengan Abdul Muhyi.
- Sultan Abdul Fattah Tirtayasa Sultan Banten, ayah Maulana Mansur.
- Maulana Hasanuddin Sultan pertama Banten, putra Sunan Gunung Djati.
- Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) Salah satu Wali Songo, leluhur Maulana Hasanuddin.
📚 Tokoh Sufi Nusantara Terkait Ajaran Martabat Tujuh
- Hamzah Fansuri Ulama sufi yang menulis tentang wahdatul wujud.
- Syamsuddin as-Sumatrani Tokoh sufi yang wafat tahun 1630, juga menulis tentang martabat tujuh.
🏛️ Institusi
- Pemerintah Kolonial Belanda / Residen Priangan Mengukuhkan Pamijahan sebagai daerah pasidkah pada tahun 1899.